Sepakbola dan Agama

Sepakbola adalah sebagian dari kebodohan (dan iman)

Analoginya:
Korparasi yg memegang sepakbola -> pemuka agama
Mereka bergelut dengan uang dan hampir tak peduli tentang edukasi, mereka berupaya mengeksploitasi sepakbola, menghimpun fans yg maniak = menghimpun uang, menhimpun publikasi = gossip, TV dst (80% adalah bahan pembicaraan plg umum)

fans DAN pengikut -> budak agama atau sebut saja pengikut agama
Sangat jarang mereka peduli dengan rasionalitas tentang apa yg mereka idolakan atau bagaimana mengidolakan mereka. Seperti halnya agama, terorisme juga ada pada fans sepakbola mereka yg tidak mengerti arti sportivitas, mengacungkan ego diatas segalanya (termasuk nyawa bila perlu), kriminal yg salah arah.


Contoh?
coba buka kompas.com, lihat daftar berita terpopuler... apakah ini edukasi? Inikah cerminan bangsa indonesia? yg bahkan tidak pernah punya prestasi gemilang di sepakbola itu sendiri.

lihat berita tentang fans yang mengahabisi fans lain... apakah ini bukan terrorisme (min. ekstrimisme)? Ketika massa menjadi besar dan jadi mayoritas, kecenderungan mereka untuk mengamini apa yang mereka anut adalah yg paling benar = 100% dan ketika melihat orang lain orang tidak setuju mereka bingung setengah mati. Alhasil selalu ada ekstrimisme yg muncul dari massa yg besar. Bahkan kecenderungnya lebih buruk dengan menjadi fans sebuah klub tertentu, mereka baru saja membentuk agama baru.

lihat gossip, poster dan berita tentang pemain sepakbola... tidakkah pers punya sesuatu yg lebih bermanfaat untuk diberitakan? Tidak, karena rating adalah segalanya. Statistik menunjukan sebagian besar dunia masih berada dalam kebodohan (bukan manusia tapi lebih ke tingkat kesadarannya untuk bersikap maju). Dan apa yg TV sajikan semata-mata (sebagian besar) demi rating -> demi kebodohan. Reformasi pers? ya ada tapi kecil. Bahkan pemberitaan yang penting dalam televisi selalu terkandung kebodohan (min tidak rasional) mengapa? karena masyarakat suka hal demikian. Belum lagi pungutan liar gambar tempel sebuah klub sepakbola.. ha ha

Saya tidak membenci fans sepakbola, saya hanya merasa kasihan. Sepakbola adalah olahraga, seharusnya arti tersebut berhenti disitu, bahwa ada kerja tim, ada teknis, ada kesehatan/kebugaran seperti halnya olahraga sejenis. Tapi olahraga bukan agama... atau seharusnya tidak dilakoni seperti agama.

Apakah diciptakannya liga2 baru semata-mata untuk fans? uang lebih tepatnya. Tentu uang tidak datang kalau tidak ada fans, tapi sayangnya motifnya adalah selalu sama dalam dunia bisnis yaitu uang. Dan fans adalah pasar yg sayangnya dalam pandangan saya lebih terlihat seperti budak. Apakah klub dimiliki/didikte oleh fans? tidak, klub butuh uang besar bukan "dukungan". Investor hanya peduli tentang uang mereka, sekali lagi bukan fans.

Paragraf terakhir membuat saya berfikir ulang bahwa ini sedikit berbeda dari agama, terutama dari sisi cara mengeksploitasi tapi produknya tetap sama yakni pengikut yg kurang rasional.

Saat ini, tentu orang berpikir jika saya tidak pernah melakoni sepakbola, sudah dan saya tidak cocok (dari segi stamina dan waktu). Tapi yg saya cermati adalah proses sepakbola menjadi agama bagi fansnya bukan olahraga itu sendiri.

Seharusnya fans lebih sadar atas terjadinya eksploitasi atas dasar uang dan lebih bersikap kritis (maksud saya bukan melempari timnya jika kalah). Inilah yg saya sayangnya dimana waktu terbuang begitu besar (dan hampir sia-sia atas dasar kemajuan intelektual), dan sayangnya lagi menimpa generasi pada umur2 produktif.

OK, tidak adil jika saya mengungkapkan apa yang saya sukai dan alasannya. Saya suka MotoGP dengan berbagai syarat yg tidak mungkin dipenuhi. Misal saya inginkan motor sama kompetitifnya jadi yang saya lihat adalah murni teknis dari pembalap. Alasannya, ketika saya melihat balapan yg menarik selalu saya terbecut untuk melakukan hal lebih cepat, BERSIH dan efisien. MotoGP mengajari saya bahwa selalu ada ruang untuk menyalip tanpa tergantung dari kaidah yg umum (kecepatan). Lalu apa saya suka F1? sama sekali tidak suka.
Apakah saya menganut MotoGP seperti agama (fanatism)? tidak (lihat: alasan). Bersih punya makna kalau ingin menyalip harus yg adil dan tidak sembrono, dalam kehidupan: menjadi lebih hebat dari orang lain tidak boleh dengan kecurangan melainkan kerja keras, analisa dan teknis yg lebih matang. Cepat disini tentu saya ingin lebih cepat dari sebelum, saya tidak suka masalah yg bertele-tele dst. Efisien disini lebih kurang tentang strategi pembalap, bagaimana mereka bersabar menunggu saat yg tepat ketika mereka secara teknis kalah dari pembalap didepannya. Tentunya pelajaran seperti ini didapat juga pada olahraga lain, saya hanya membuktikan bahwa saya tidak benci olahraga meski hanya dari menonton (yang mana selalu saya barengi dengan makan malam).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 comments:

Post a Comment