Burung Emprit bag.2

Di kampungku yang sudah berkurang pepohonannya. Jumlah burung emprit sepertinya tetap banyak, saat ini adalah musim kawin bagi burung emprit (sebenarnya sudah sebulan lalu). Masing-masing pasangan mulai membuat sarang di bernagai tempat yang memungkinkan.

Para warga sudah merubah selera/pilihan tanaman rumah mereka yg dulunya pohan buah-buahan seperti mangga, jambu klutuk, jambu air, nangka ataupun belimbing kini menjadi aneka tanaman hias dan bunga-buangan. Mungkin saja banyak warga tidak suka pohon besar karena akan merusak bangunan, maklum sekarang ini hampir semua pelataran rumah warga ditutup plesteran semen untuk memperluas area huni. Kalaupun ada yang menanam mangga, umumnya adalah mangga cangkok.

Tahukah akibatnya terhadap burung emprit? Tanaman hias/bunga jelas bukanlah tempat untuk bersarang tidak pula mangga cangkokan yang rata-rata tingginya hanya 3m. Mangga asli biji umumnya bisa mencapai 6-7m tergantung jenisnya. Jenis pohon mangga dan nangka umumnya menjadi favorit burung untuk bersarang. Kini apa yang terjadi? Di rumahku saja burung2 membuat sarang pada talang air, bahkan ada yg nekad membuat sarang diatas pintu kamar diapit balok2 struktur.

Menyedihkan lagi ketika aku amati, bahan2 dasar susuh (sarang) saat ini telah berubah drastis dari ketika aku masih SD. Bahan baku semak kering memang semakin jarang ditemukan dengan mulai diplesternya daerah2 terbuka. Kini burung emprit mencampurnya dengan aneka sampah, Ya  sampah!. mulai dari pita kaset, utasan karung goni, kawat (bendrat) dan banyak bahan plastik lainnya. Campuran2 ini jelas berbahaya bagi bayi emprit jika kemudian tak sengaja memakannya.

Untunglah awal musim kemarau ini suplai serangga sedang melimpah ruah, sangat pas dengan musim menetasnya bayi2 emprit.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 comments:

Post a Comment