Antara Mistis dan Budaya

Jika harus memilih antara percaya atau tidak dengan debus orang cenderung percaya apalagi bila sudah menyaksikan dengan mata kepala sendiri mungkin seraya berkata "Kamu musti lihat langsung deh biar percaya".

Tapi jika tanpa melihat pun orang sudah percaya lalu apa yang mendasari hal itu?
Mengapa sama sekali tidak sangsi terhadap debus daripada terhadap sulap?

Kalau diputar-putar terus akan bermuara pada sila pertama Pancasila kita.
Lho?
Dari jaman dahulu sebelum Indonesia ini diislamkan, dan sebelumnya lagi dinasranikan dan yg sebelum-sebelumnya telah tertancap kokoh budaya animisme dan dinamisme yg tanpa disadari terus berevolusi dan berbaur bersama agama dalam masyarakat. Agama apapun itu hampir selalu memiliki elemen mistis meskipun aku pribadi melihat agama itu sendiri meman mistis dari aslinya (dari perkembangan agama itu di daerah asalnya)

Nah, masalahnya negara yg mengaku negara berpenduduk muslim terbesar didunia ini ternyata juga mungkin negara terbesar yg penduduknya menganut klenik atau apapun itu. Bahkan yg berpendidikan sekalipun tidak luput dari budaya nenek moyang ini.

Jika sulap "masih dapat" dipercaya apalagi macam ilmu debus. Yah begitulah menurutku kebanyakan penduduk kita. Heran, mengapa tidak ada kekuatan untuk sekedar bertanya? ataupun ragu? dalam diri mereka seperti telah terdogma bahwa ada sesuatu yg mereka "tidak boleh" ketahui -sesuatu yg terlarang-. Sesuatu yg jelas jelas berhubungan dengan kuasaNya meskipun dalam agama itu sendiri tidak pernah secara pasti membahas hal mistis tersebut. Karenanya orang yg bekerjapun masih banyak berdukun karena mereka terlalu "lemah" untuk meniti jalan hidup mereka. Lebih baik bergntung pada sesuatu yang tidak pasti daripada mencari tahu.

Takut?
Bisa jadi.. tapi kesalahan selalu terulang dari para orangtua yg menurunkan hal-hal mistis pada anaknya yg diusia meraka masih muda, lugu dan hanya percaya padanya.

Percaya > Tidak percaya
Sikap ini menyebabkan masyarakat segera mengagungkan segala hal yg membuat mereka takjub sebagai hal yg "harus" dipercaya dan "tidak perlu disangsikan". Para munafik inipun tak pernah merasa aneh jika dalam hidupnya memegang dua pegangan. Di satu sisi ketika mereka mulai memikirkan kematian mereka giat beragama, di sisi lain ketika mereka tidak mampu melihat jalan hidup mereka bertanya pada dukun, paranormal dan orang-orang schizophrenia lainnya.

Pernah aku bertanya pada orang-orang ini apa alasannya, jawabnya:
"Kalau kamu tidak percaya kamu tidak bisa melihat"

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 comments:

Post a Comment